Jumat, 05 Maret 2010

PRODUK UNGGULAN KAB. BOYOLALI


PRODUK UNGGULAN

    Bidang Pertanian dan Agronomi

    Kondisi alam Boyolali dan potensi pendukung lainnya memberi peluang bagi pengembangan pertanian, kehutanan, kerajinan dan pariwisata. Potensi pertanian pertanian Boyolali meliputi tanaman pangan, palawija dan holtikultura.

    Sentra produksi jagung hibribada meliputi areal 24.869 hektar yang tersebar di kecamatan Kecamatan Musuk, Boyolali, Mojosongo, Klego, Kemusu, Wonosegoro, Ampel dan Teras, dengan total produksi per tahun 113.479 ton. Jagung dari daerah ini dipasarkan ke berbagai daerah di Jawa tengah untuk kepentingan konsumsi jagung segar dan bahan pakan ternak. Budidaya pepaya dikembangkan di Kecamatan Mojosongo, Teras, Boyolali, Musuk dan Ampel. Produksi 12.276,7 ton per tahun dari sekitar 658.848 batang pohon. Pemasaran buah ini ke berbagai daerah di Jawa tengah dan Jakarta. Selain untuk konsumsi buah segar, pepaya juga menjadi bahan baku industri saos, asinan dan sari buah. Produksi padi Boyolali mencapai 207.312 ton per tahun pada areal 37.194 hektar yang tersebar di Kecamatan Nogosari, Andong, Karanggede, Banyudono dan Ngemplak Selain dikonsumsi lokal, padi juga dipasarkan ke berbagai daerah untuk kepentingan industri pangan. Setiap tahun Boyolali menghasilkan ubi kayu atau singkong 197.969 ton dari areal 8.600 hektar. Daerah yang menghasilkan meliputi Kecamatan Wonosegoro, Klego, Simo, Nogosari, Sambi, Andong, Mojosongo, Karanggede, Musuk dan Kemusu. Singkong dimanfaarkan untuk bahan makanan ringan dan bahan pakan ternak. Budidaya asparagus dan rebung berkembangan di Kecamatan Teras dan Mojosongo pada areal 15,4 hektar. Produksi asparagus 46,8 dan rebung 19,8 ton per tahun. Kedua komoditi ini untuk memenuhi permintaan ekspor dan industri makanan olahan. Produksi tembakau rajangan di Kecamatan Mojosongo, Banyudono, Musuk, Selo, Cepogo, Ampel, Teras dan Sawit . Produksi 4.178.543 ton/tahun meliputi areal 5.369,35 hektar. Manfaat: bahan baku industri rokok. Pemasaran: ke wilayah Jateng dan Jatim. Tembakau asapan dihasilkan di Kecamatan Mojosongo, Banyudono, teras, Ampel dan Sawit. Produksi 1.760,79 ton per tahun dengan areal seluas 2.635 hektar. Manfaat: Bahan baku industri rokok. Pemasaran di wilayah Jateng dan Jatim. Industri pengolahan the wangi. Lokasi di Kecamatan Ampel, Selo dan Cepogo Potensi: Produksi 191,63 kg/tahun pada areal 27,88 hektar Kegunaan: bahan baku pengolahan the wangi. Budidaya tanaman jarak dan Industri pengolahan minyak jarak. Lokasi di Kecamatan Klego, Andong, Kemusu, Juwangi, Wonosegoro dan Nogosari. Potensi areal: 10.409 hektar Kegunaan: bahan baku industri minyak jarak. Kopi Arabika dihasilkan di Kecamatan Selo, Cepogo, Ampel dan Musuk. Potensi: Produksi 172,790 ton per tahun pada areal 234 hektar. Kegunaan: memenuhi kebutuhan pasar ekspor dan bahan baku industri kopi bubuk/instant. Produksi jahe di Kecamatan Ampel, Musuk, Cepogo, Boyolali dan Selo Potensi produksi 4.363,170 ton per tahun pada areal 611,85 hektar. Sedangkan kencur dihasilkan di Kecamatan Simo, Andong, Klego, Sambi dan Nogosari Potensi produksi 5.670,290 ton per tahun pada areal 490,95 hektar. Kedua komoditi ini untuk kepentingan industri jamu dan minuman tradisional. Bunga kenanga dan melati dibudidayakan di Kecamatan Banyudono, Mojosongo, Teras dan Sawit . Produksi bunga kenanga 113,63 ton per tahun dan lahan tanaman melati 468 hektar. Bunga kenanga dan mawar disuling untuk menghasilkan minyak atsiri sebagai bahan baku minyak wangi dan kosmetik. Budidaya sapi perah di kecamatan Cepogo, Boyolali, Musuk, Mojosongo, Selo dan Ampel. Produksi susu 30.561.853 liter per tahun, populasi ternak 59.193 ekor. Sapi potong dibudidayakan di hampir semua kecamatan. Produksi daging 6.767.755 kg per tahun dari populasi ternak 87.725 ekor

    Industri dan Kerajian

    Industri alat-alat pertanian di Kecamatan Andong dan Simo Potensi produksi 11.450 buah per tahun. Kerajinan tembaga/kuningan di Kecamatan Cepogo, dengan produksi 400.000 buah per tahun berupa- asbak, vas bunga, lampu gantung, kendi, bokor, kap lampu, ornament arsitektur, perlengkapan rumah tangga. Jumlah pengusaha 360. Pemasaran poroduk dalamegeri dan ekspor. Selain itu, Boyolali juga memiliki industri kerajinan Wayang Kulit dan Gamelan di Pengging, Banyudono, . Kerajinan Kayu di Desa Kemiri, Mojosongo, Kerajinan Sangkar Burung di Banyudono, Kerajinan Ijuk di desa Dawar, Mojosongo, Kerajinan Boneka Fiber di desa Sukorame, Musuk.

    Sentra Industri Logam Tumang Cepogo

    Secara administratif sentra industri Tumang ada di daerah Tumang yang merupakan wilayah Kelurahan Cepogo, Pada awalnya di Desa Cepogo pengrajin hanya memproduksi peralatan rumah tangga dari tembaga (misalnya dandang, ceret, kuali dll). Namun sejak tahun 1980 muncul inovasi baru dimana sebagian pengrajin mencoba merintis seni ukir tembaga yang jenis produknya berupa asesoris perumahan seperti pot bunga, guci, lampu duduk, lampu gantung, kaligrafi, hiasan dinding dan lain sebagainya. Hal ini berkembang karena kemudian ternyata produk rumah tangga mengalami kesulitan bersaing dengan alat rumah tangga yang berasal dari plastik atau alumunium. Secara umum potensi masing-masing pengrajin saat ini bisa dikelompokan kedalam :

    a. Kelompok Pengrajin alat rumah tangga

    b. Kelompok pengrajin ukir logam

    c. Kelompok pengrajin alat rumah tangga dari alumunium

    Sentra Sapu Ijuk

    Desa Manggis Kecamatan Mojosongo Kabupaten MojosongoProduk utama dari para pengrajin di Boyolali adalah sapu Ijuk. Berdasarkan kapasitas produksi yang ada di level pengrajin relatif cukup baik. Kawasan / sentra pengusaha sapu ijuk tersebut dalam perkembangannya tidak hanya memproduksi sapu ijuk saja. Saat ini pengembangan produksi yang dilakukan adalah dengan memproduksi sapu Ijuk dan rayung, keset, sulat dan sikat. Bahan baku utama adalah ijuk, kayu, plastik dan nilon. Sentra sapu ijuk merupakan salah satu produk unggulan yang memiliki jangkauan pemasaran lintas propinsi.

    Desa Wisata

    Desa Cepogo selain memiliki potensi dalam bidang kerajian cor logam , juga ditetapkan oleh pemerintah propinsi sebagai desa wisata yakni sebagai pendukung dari konsep jalur tujuan wisata SSB (SOLO-SELO-BOROBUDUR)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar